Saturday, May 31, 2014

Jangan Facial di Sana, Saya Kecewa

Sejak tiga tahun yang lalu pun saya sudah bergantung pada sebuah beauty center ternama yang mengandalkan bahan-bahan alamiahnya sebagai senjata khas produk-produknya, sebut saja Larissa.

Semenjak pindah (baca : kembali lagi) ke kota seberang bernama Surabaya yang khas dengan cuaca panasnya, saya merasa wajah dan kulit saya baik-baik saja, malah cenderung lebih bersih daripada sebelumnya. Ketika beraktivitas sehari-hari pun hanya memakai pelembab dan bedak tabur putih saja. Apalagi kuliah yang superpadat di kampus abu-abu membuat saya tak terlalu memusingkan urusan penampilan, apalagi saat itu mayoritas kawan-kawan saya adalah kaum adam. Setiap minggu masih bisa pulang ke kota asal yang hanya ditempuh dalam waktu 1-2 jam, masih bisa rutin facial dan merawat badan.

Setahun berselang, saya ditakdirkan untuk pindah lagi ke ibukota Indonesia yang cuacanya lebih sering mendung daripada Surabaya. Namun entah kenapa wajah saya malah semakin sering berjerawat dan susah hilangnya. Apalagi disini belum ada cabang Larissa. Semakin parahlah kondisi wajah saya.

Sewaktu saya pulang kampung ke kota asal, dokter Larissa saya menyarankan saya untuk tetap rutin facial setiap bulan, meskipun bukan di beauty center Larissa. Baik sekali lah beauty center ini, tidak memaksa pelanggannya untuk terikat dengan perawatan asli dari pihaknya, yang penting urusan wajah harus tetap terjaga.

Dan hari ini salah satu sahabat mengajak saya untuk facial di salah satu beauty center ternama. Sebelumnya saya sudah membaca di dunia maya tentang review pelanggan-pelanggannya, kata mereka bagus dan enak facialnya. Sahabat saya juga pernah mencobanya di cabang jogja dan dia puas dengan hasilnya. Dan saya memutuskan untuk ikut serta.

Sesampainya di sana, hanya kecewa yang saya rasa. Resepsionisnya tak ramah, tak ada katalog, tempatnya pun seperti seadanya. Resepsionisnya tidak memasarkan dan menjelaskan kepada kami apa saja fasilitas perawatan yang ditawarkan disana, dia langsung memutuskan untuk memberi kami facial yang biasa saja. Kami disuruh menunggu hampir satu jam lamanya, lalu satu persatu dari kami masuk ruangan facial tanpa disuruh konsultasi dengan dokter sebelumnya (berbeda dengan Larissa). Ketika masuk saya heran, tak ada pakaian ganti yang harus saya pakai, selimut pun hanya selembar kain tipis dan kasurnya bukan kasur khusus facial namun kasur biasa.

Kapsternya juga langsung membersihkan wajah saya dengan susu pembersih yang dioles sepertinya hanya sebagai sarat saja, bukan membersihkan dengan seksama. Lalu tiba-tiba sinar menempa wajah saya dan dia memencet komedo dan jerawat saya. Loh ? Bukannya wajah harus di peeling dan di massage dulu, kemudian di uap agar pori-porinya terbuka ? Aneh, yasudahlah ya. Di tengah proses "penyiksaan" itu, tiba-tiba dia minta ijin kepada saya untuk pergi ke ruang sebelah. Katanya mau mengangkat masker pasien lain. Loh beauty center ini kekurangan kapster ya ? Kok satu kapster untuk campur-campur, melayani beberapa pelanggan sekaligus, padahal kan harus steril tangannya. Sekitar sepuluh menit kemudian kembali lagi ke saya, meneruskan pembersihan komedo, lalu wajah saya dipijat dengan sebuah alat (yg saya tahu fungsi alat ini dari Larissa), yaitu mematikan calon jerawat. Kemudian wajah saya langsung di masker, tanpa ada penjelasan dari kapsternya ini masker apa dan manfaatnya apa. Maskernya pun hanya bagian muka saja dan kurang rapi pengolesannya. Tak ada pijat relaksasi di kepala, leher dan dada seperti di beauty center saya. Tiga pulih menit berlalu, kapsternya kembali lagi untuk mengangkat masker dan mengoleskan krim yang saya suka wanginya walaupun tidak diberi tahu itu krim jerawat atau krim pelembab. Tak ada es batu mentimun yang dioleskan untuk menutup pori-pori muka. Lalu proses facial selesai begitu saja, tanpa ada salam hangat dan ucapan terima kasih dari kapsternya, tidak seperti di Larissa.

Saya ke kasir dan membayar biaya facial dengan setengah hati, lalu pergi.

Branding memang penting, tetapi ketika brand itu sudah terkenal dan sudah besar, hendaknya tidak mengurangi kualitas pelayanan yang diberikan apalagi meremehkan pelanggan.

Wednesday, May 28, 2014

Dilema Wisata Mahasiswa, Edisi Bandung - Bagian 2

Dan One Day Trip to Bandung pun dimulai.

Pukul 23.30 telpon travel Cititrans, tapi mereka cuma sedia travel terpagi Bintaro-Bandung pukul 05.00 dan 07.00. Kalau ambil yang pukul 05.00 kepagian (takut nggak bisa bangun), kalau ambil yang pukul 07.00 kesiangan (estimasi sampai Bandung pukul 10.00). Cititrans coret. Terus ganti travel, telpon Cipaganti. Ada travel pukul 05.30. Cocok lah. Deal. Pesan. Lalu siap-siap baju dan isi tas hingga pukul 01.30, haha dasar wanita. Lalu pukul 04.45 saya dijemput oleh partner liburan saya ke Bintaro Trade Center (BTC). Curiga sih, setahu saya kantor travel Cipaganti ada di Sektor 5, sebelah Outlet Cimory, dekat toko Dapur Cokelat. Ternyata dia pesan travel XTrans bukan Cipaganti. Duh masnya khilaf. Travel XTrans Bintaro-Bandung harganya 85k, begitu pula sebaliknya. Lalu kami beli nasi liwet, empat iris kue sponge dan air mineral untuk mengganjal perut, habis 63k. Demi apa cuma seiris kue sponge biasa begitu harganya belasan ribu. Di carrefour dan hero kue sponge utuh berdiameter sekitar 25cm aja cuma 25k. Yaudalah ya...

Pukul 05.45 travel kami mulai melaju ke Bandung. Dan parahnya 30 detik kemudian, ketika travel belum sampai fly over, saya sudah terlelap. I am princess-able like a Sleeping Beauty, hahaha. Pukul 09.30 travel kami sampai di Hotel De Batara di daerah Cihampelas, hotel milik XTrans. Lalu sarapan dulu di Lawson, makan bekal yang beli di BTC, nasi liwet yang mahal-tetapi-rasanya-biasa-aja.

Pukul 09.00, kami naik taksi ke Trans Studio Bandung. Taksi BB sih, tapi supirnya nyambi jadi supir carteran mobil juga kayaknya, menawarkan kami seandainya ke Bandung lagi untuk berwisata bersama 8 orang bisa sewa mobil Avanza, dengan Bapaknya sebagai supir dan tour guide, biaya 800k untuk one-day-trip to ciater, gedung sate, dan blablabla keliling Bandung pokoknya.

Lalu beberapa menit kemudian sampailah kami di Trans Studio Bandung. Kirain TSB jauh dari Cihampelas, ternyata dekat, taksi cuma habis 32k. Dan berhubung masih pagi, TSB baru buka, jadi masih belum ramai, mungkin hanya ada ratusan orang saja. Dan melayanglah uang 500k untuk tiket masuk TSB untuk berdua.

Saya suka konsep bagaimana TSB ditata, benar-benar terencana. Parkir, ATM center dan penjualan tiket ada di lantai 1, lalu naik eskalator, dan sistem antrian pintu masuk berada di lantai 2, sehingga wisatawan tidak perlu mengantri panjang hingga di luar area, kepanasan, kehujanan dan segala macamnya. Oh iya, dilarang membawa makanan dan minuman, sekecil apapun ke dalam area TSB. Saya membawa roti dua iris dan dua botol air mineral, keduanya diberi pilihan, disita agar nanti bisa diambil lagi saat pulang, atau dibuang. Akhirnya kami buang saja.

Keputusan kami untuk masuk TSB sejak pagi tidak salah. TSB masih lengang. Bisa bebas berfoto ria tanpa khawatir ada orang disamping kita. Toiletnya juga masih sepi sekali serasa milik sendiri tanpa khawatir malu untuk membetulkan dandanan yang telah berantakan akibat perjalanan.

Di dalam TSB terbagi menjadi 3 area, yaitu Studio Central, Lost City dan Magic Corner. Di Studio Central ada Yamaha Coaster, yang tidak kami naiki dan kami menyesal saat siang hari ternyata sudah antri. Ada Trans Broadcast Museum, disini kami tahu bagaimana pekerjaan mereka yang berada dibalik layar. Saya selalu bermimpi dan ingin sekali menjadi presenter atau News Anchor di televisi, namun entah kenapa sesampainya di ruang layar hijau untuk syuting insert investigasi, saya malu tidak berani. Mungkin karena saya pergi bersama dia, haha. Lalu ada Trans Car Racing bagi anak-anak. Ada juga Vertigo dan Giant Swing semacam-wahana-di-dufan, yang ingin saya naiki tetapi partner liburan saya tidak bersemangat menemani, yasudahlah tidak jadi. Ada si Bolang Adventure, berkeliling dengan kereta mini tentang Indonesia seperti di TMII. Ada Trans City Theater yang bagus sekali, saya nonton pukul 13.00 tentang pertunjukan Drama Siluet. Keren. Romantis. Tentang seorang gadis yang mengejar Cinta dan Mimpi. Saya jadi berambisi lagi untuk berkeliling dunia seperti gadis dalam drama tersebut.

Pindah ke area The Lost City, ada Kong Climb (nggak tahu ini apa), ada Jelajah (semacam kereta luncur di air dan bikin baju basah jadi nggak kami coba), ada amphiteater (panggung yang disewakan untuk acara). Satu-satunya wahana yang kami coba di area ini adalah Sky Pirates, semacam kapal yang mengelilingi area TSB tapi dari atas. Bagus tapi sayangnya 1 putaran cuma sebentar.

Lalu area terakhir namanya Magic Corner. Ada wahana Black Heart Pirate Ship, Pulau Liliput dan Dragon Riders yang dikhususkan untuk anak kecil. Ada juga Dunia Lain, wahana wajib di setiap taman hiburan. Kami naik kereta mini, boneka hantu dan pernak-pernik hantunya nggak serem tapi bagus pembuatannya. Ada lukisan hantu bergerak juga macam di film Harry Potter. Lalu wahana terakhir ada Negeri Raksasa, semacam wahana halilintar di Dufan itu.

Last but not least, ada Science Center. Menurut saya ini wahana paling asyik dan menguras waktu untuk pengunjung 19 dan 24 tahun yang sama-sama hobi membaca macam kami berdua. Saya suka Tes Dominan Otak, hasil otak saya adalah Kanan-Kanan (Dominan Otak Kanan). Saya juga suka Percobaan Kumparan Tesla, kerenlah itu, mengingatkan saya pada praktikum saya di kampus abu-abu dulu.

Setelah puas keliling TSB, kami makan di Studio Mie di dalam TSB yang pembayarannya pakai Mega Card juga. Kami beli Mie Ayam Bakso dan Mie Ayam Jamur. Enak dan worth to eat kok, harganya 28k per porsi. Setelah puas mengelilingi TSB dan perut kenyang, kami keluar. Di pintu keluar setiap pengunjung diberi stiker TSB.

Lalu kami keliling Trans Studio Mall untuk menukarkan sisa saldo di Mega Card kami. Trans Studio Mall bagus, ada Payless, Furla, Salvatore Ferragano, Hermes dan outlet international-branded-bags-and-shoes lain yang sudah pasti membuat mupeng hati wanita seperti saya. Saya memang penggila tas dan sepatu, harap maklum. :D

Kemudian pukul 14.00 kami naik taksi kembali ke Cihampelas. Ongkos taksinya lebih mahal dari sebelumnya, 50k dan saya merasa jalannya lebih ribet daripada jalan saat berangkat tadi, dan sedikit macet. Kami menunggu waktu sambil jalan-jalan ke Cihampelas Walk. Dari awal memang saya mewajibkan diri untuk menyempatkan mampir ke sini karena sebelumnya sudah pernah kesini dan ketagihan. Saya lupa kalau di CiWalk ada outlet Elizabeth yang besar, begitu lihat, tanpa pikir panjang langsung masuk dan alhamdulillah menemukan tas yang cocok. Di lantai 1 CiWalk juga sedang ada diskon Elizabeth, tapi tas yang sedang di diskon waktu itu sayangnya tidak ada yg menarik selera saya.

Setelah itu kami makan di Outlet Bakso Malang Karawitan (karena partner liburan saya tidak suka makan makanan jepang, korea dan thailand). Dan pilihan dia selalu jatuh pada sup. Setiap ke mall manapun pasti makannya sup, ke Bintaro Exchange, Bintaro Plaza, bahkan jauh-jauh ke Gandaria City pun pilihannya tetap sama, sup.

Setelah keluar CiWalk, saya beli titipan kaos untuk adek dengan harga amat sangat murah. Kawasan Cihampelas memang pusat oleh-oleh untuk wisatawan. Menurut pengalaman saya selama travelling kemana-mana, oleh-oleh kaos Bandung adalah yang terbaik, harganya murah tapi kain kaosnya nggak kayak saringan tahu macam kaos oleh-oleh di tempat wisata lain.

Setelah puas berkeliling Bandung kami kembali ke Hotel De Batara, tempat pusat travel XTrans. Sebenarnya kami memesan travel pulang pukul 20.30, namun kami sudah lelah dan mendaftar waiting list untuk travel pukul 18.30. Alhamdulillah saat itu ada dua orang yang cancel travel pukul segitu, jadi kami bisa lebih cepat beristirahat dan kembali ke Bintaro. Sepanjang perjalanan kami berdua terlelap nyenyak, mungkin karena lelah yang mendera. Pukul 21.15 kami sudah sampai Bintaro dengan selamat dan bermuka bantal. Alhamdulillah, liburan kali ini terlaksana dan tidak jadi batal.

Terima kasih telah membaca naskah panjang bak sejarah ini.

-From Bandung With Love-

Dilema Wisata Mahasiswa, Edisi Bandung - Bagian 1

Terinspirasi dari pengalaman pribadi tentang susahnya mencari destinasi detail tentang tempat wisata yang akan kita datangi, akhirnya saya membuat artikel ini.

Keinginan untuk liburan pun mendesak tak tertahankan. Alasan pertama sih karena suntuk setelah UTS yang penuh dengan skandal psytrap, alasan kedua karena ada banyak waktu libur di hari terjepit pada minggu terakhir di bulan mei ini, dan sejuta alasan lainnya sehingga saya mewajibkan diri untuk berlibur secepatnya.

Awalnya sih saya dan partner liburan saya, super-bingung mau liburan kemana. Nonton udah sering, ngemall apalagi, candle light dinner juga udah. Akhirnya tersisa beberapa pilihan yang harus kita seleksi dengan matang.

Pilihan pertama ke Kepulauan Seribu, tapi kalau ke sana nggak cukup kalau cuma one-day-trip, pasti bikin ketagihan, ada snorkeling, banana boat, dan segala macam. Minimal menginap 2 hari 1 malam agar bisa mencoba semua keindahan pariwisata yang ditawarkan. Sedangkan waktu libur saya cuma 1 hari saja karena ada acara Pekan Mahasiswa di kampus yang wajib saya hadiri. Lalu kendala lain adalah masalah biaya, kalau pergi belasan-puluhan orang akan murah, the cost is under 300k. Sedangkan kalau pergi berdua, the cost is 700-900k per orang untuk 2 hari 1 malam. Mungkin dikira honeymoon kali ya makanya dimahalin. Maka saya coretlah Kepulauan Seribu dengan segala keindahan alamnya dari destinasi liburan saya kali ini.

Pilihan kedua, ke Dufan (Dunia Fantasi di Ancol). Harga tiketnya lagi mahal, 250k per kepala karena tanggal 26-31 Mei 2014 dianggap sebagai high season, efek banyaknya libur hari terjepit di pekan itu. Belum nanti ongkos taksi dan lain sebagainya. Mungkin tiap kepala bisa mencapai 500k-600k biayanya, tidak sebanding dengan fasilitas yang didapat dan rasa puas yang dirasakan karena wisatanya masih tergolong wisata-dalam-kota.

Pilihan ketiga, pilihan orang depresi, ngemall seharian ke Grand Indonesia. Haha. Ini karena efek saya belum pernah menginjakkan kaki disana jadi saya pengen. Katanya sih luas dan bagus. Katanya. Tapi kata partner liburan saya yang notabene sudah pernah ke sana, katanya GI biasa aja, nggak begitu 'wah'. Dan dia bosen ngemall, hehe. Tercoretlah GI dari daftar calon destinasi liburan saya.

Pilihan keempat, renang. Iya, cuma renang doang. Di Bintaro Sektor 9. Tapi kayaknya ini mah bukan liburan, ini refreshing biasa, ditengah-tengah waktu efektif kuliah juga bisa. It's not really worth it to be a destination for one day holiday.

Pilihan terakhir, ke Bandung dan menginap. Sebenarnya ini pilihan pertama, tapi kami masih belum yakin buat ke sana karena takut waktu liburan habis di jalan, belum jelas mau kemana dan nggak hafal Bandung. Tujuan utama sih Trans Studio Bandung, ini destinasi die die must try lah pokoknya. Walaupun waktu itu lagi high season juga jadi tiket masuknya 250k per kepala. Pengen juga sih ke kawah putih tapi katanya jauh, di Bandung Selatan.

Finally, setelah berunding berhari-hari dan telponan hampir 4 jam sama partner liburan saya selama pukul 20.00-24.00, akhirnya diputuskan bahwa besok habis subuh ke Bandung tapi one day trip only. Duh ! Keputusan sidang dibuat super-mendadak dan mengagetkan semua pihak.

Dan One Day Trip to Bandung pun dimulai.

-to be continued to Dilema Wisata Mahasiswa, Edisi Bandung - Bagian 2

Monday, May 26, 2014

Inikah ? Entah.

Menyerahlah. Bila kau tak punya nyali dan hanya pasrah. Kau tahu, aku resah.

Menjauhlah. Bila kau hanya mengajakku berlari bersama tanpa arah. Kau tahu, itu lelah.

Pergilah. Agar tak membuat luka menjadi semakin parah. Membangun harapan lalu melenyapkannya hingga musnah. Kau tahu, aku mulai marah.

Semerah darah yang mengalir dalam nadi, sekuning bunga matahari, sepucat muka yang sangat pasi, sehitam arang legam yang mulai terbakar api. Itulah situasi hati seorang gadis yang sudah, sedang, dan akan belajar mencintai makhluk lain bernama lelaki.

Sunday, May 25, 2014

Usia Menyatukan, Usia Memisahkan

Adalah melelahkan bila kita selalu dianggap sebagai anak kecil dan belum dewasa. Padahal sebuah kedewasaan tidak pernah bisa diukur secara akurat dengan parameter usia. Tidak semua remaja berpikiran manja suka-suka dan tidak semua orang tua berpikiran dewasa. Ya, semua memang terlihat serba tidak seharusnya. Seperti kita yang selalu bertikai dengan usia.

Masa depan memang tidak ada yang tahu, namun cara berpikir dewasa bisa dibiasakan sejak dulu, bila kita mau. Jalan yang saya lalui memang belum sejauh jalanmu, tetapi saya telah menempuh jalan saya dengan tekad yang padu dan merinci setiap langkahnya agar saya tahu dan belajar sesuatu dari situ.

Bahkan sebuah rumah tangga pun tak akan mempermasalahkan usia. Keduanya bercanda tanpa batas layaknya anak remaja dan pusing memikirkan cara membayar hutang kredit bersama-sama.

Life's better with company.
Everybody needs a co-pilot.

Friday, May 23, 2014

Terima Kasih Kampus Teknik

Kampus teknik mengajarkanku tentang pentingnya kebersamaan.
Tentang  non diskriminasi gender laki-laki dan perempuan, solidaritas antar rekan yang berujung persahabatan erat hingga persaudaraan.

Kampus teknik mengajarkanku bahwa waktu itu penting.
Tentang bekerja keras setiap hari, pagi siang malam bahkan sampai pagi lagi, mengerjakan sesuatu dengan cepat dan teliti, yang seringkali dikarenakan deadline yang singkat tak peduli situasi dan kondisi pribadi.

Kampus teknik mengajarkanku bahwa analisa itu perlu.
Tentang proses yang tak boleh lambat, pengukuran yang akurat, perhitungan prosentase kesalahan dengan tepat, dan algoritma pemikiran yang sistematis serta cermat.

Kampus teknik mengajarkanku bahwa kreatifitas itu nomor satu.
Tentang analisa kelebihan dan kekurangan teknologi yang selalu berubah seiring berjalannya waktu, mengharuskan untuk berinovasi menghasilkan produk yang baru,


Seringkali orang awam berpikir kampus teknik itu kaku, lihat saja gedungnya yang mayoritas bersudut siku, masyarakatnya yang beraktifitas tak kenal waktu, tapi merekalah calon punggawa teknologi terbaru, senantiasa menganalisa dan belajar dari masa lalu, menghasilkan sesuatu yang berguna bagi hidupmu bahkan anak cucumu.

Kampus teknik beralmamater abu-abu, terima kasih telah membimbing dan mendewasakanku.

Hemophobia

Hah? hemophobia? apa itu ?
hemo = darah.
phobia = takut.

Menjadi penderita fobia darah itu nggak gampang. takut darah. gejalanya : pusing kalau lihat darah, walaupun cuma sedikit, atau cuma di film, lalu berhalusinasi dan paling parah bisa sampai pingsan. pokoknya kayak gitulah. Menurut pengamatan di lingkungan sekitar Anggita, banyak kok orang yg takut sama darah. Tapi tingkatannya berbeda-beda. Ada yang Cuma ngeri sesaat, ada yg pusing, ada juga yg sampai pingsan.
Hemophobia ini menghambat Anggita untuk bermimpi kuliah di FK (Fakultas Kedokteran). Liat darah sedikit aja pusing, apalagi kuliah berhubungan sama darah selama 5 tahun, belum lg kalau praktek dan kerjanya nanti. Nggak banget pokoknya.  Jadilah Anggita kuliah di FT (Fakultas Teknik) kayak sekarang ini. Ralat : sekarang udah pindah ke Akuntansi sih.
Dulu waktu Anggita masih SMA, Anggita pernah baca di internet katanya ada terapi menyembuhkan fobia. Wah Anggita tertarik banget pokoknya. Terus waktu baca berapa nominalnya, keinginan Anggita langsung ciut. Ternyata biaya menyembuhkan fobia lumayan besar. Cukup buat bayar SPP kuliah Anggita 1 semester. Anggita juga bukan berasal dari keluarga yang HC (high Class) banget, jadi gak perlulah pake nyembuhin fobia segala. Toh ya Anggita udah gak minat kuliah di FK.
Tapi bagi kalian-kalian yang juga menderita fobia dan berkeinginan untuk menyembuhkannya, ada banyak kok cara nyembuhinnya. Yaitu terapi. Terapi fobia sudah lumayan banyak di kota-kota besar. Tapi ya itu, kayak yg Anggita bilang tadi, biayanya jutaan. Tapi tenang aja, bagi kalian yang pengen nyembuhin tapi dana sedikit, cukup pakai teknik sugesti saja, coba sugesti perlahan-lahan ke diri sendiri kalau kalian gak fobia, gak takut. Coba liat fobia kalian, dan sugesti diri kalian untuk berani. Ya walaupun Anggita gak menjamin cara ini bakal bisa efektif dalam waktu singkat, tapi setidaknya ini mencoba mengurangi tingkat fobia kalian. Tapi tentu saja harus dalam pengawasan orang lain. Jangan sampai kalian coba latihan liat fobia kalian terus kalian pingsan gak ada yang nolongin, malah tambah berabe jadinya yak an.
Nah cukup sekian penjelasan tentang homophobia dari Anggita. Semoga kalian dapat ilmu tentang apa itu homophobia dan gimana cara nyembuhinnya setelah baca catatan Anggita. See ya !

5 September 2013 - Bukan Kita, Hanya Ada Saya dan Anda.

Disinilah kami berada, bersama, namun terusik oleh jalan pikiran kami masing-masing. Jurang didepan kami adalah pembatas tempat kami berpijak dengan tebing lain, disatukan dengan jembatan yang amat sangat panjang. Sesuatu yang bercahaya di tebing seberang seakan memanggilku untuk menuju tempat itu dengan segera, dan meninggalkanmu disini.
Aku masih butuh waktu, pikirku. Rengkuhan dan hangatnya kasihmu menahanku disini, meninggalkan bekas terharum dan ternyaman, yang lama kelamaan akan menjadi luka yang menyakitkan bila bekas itu tidak dirawat dengan baik.
Aku tidak menginginkan perpisahan yang seperti itu.
Tanpa dibohongi, memang. Tanpa pertengkaran, tentu saja. Tapi karena waktu dan jarak yang menggigit dengan ganas, menyebabkan luka yang sedikit demi sedikit mengaburkan kejernihan hati dan pikiran kami. Tak ada yang bisa menggantikan nikmatnya pertemuan. Ya, walaupun diganti dengan kabar dan perhatian yang subur. Indahnya pandangan dan hangatnya sentuhan tak bisa direkayasa, bahkan oleh bantuan dunia maya sekalipun. Cukup, jangan teruskan, semakin sakit aku membayangkan.
Bersamamu itu keajaiban, dan tak terlupakan.
Hingga saat ini, hati kami tetap disini, bersama dan saling menyayangi dengan pasti.

You may love someone else in the next day, but don't forget the girl you've been with.
Remember me as I am. Eventhough the feeling has gone, the past will never go away.
You do know exactly where the pole is place when you can't stand on your own.
I hope you're the only one I'm looking for to share the joy, the smile, the tears, and the pain.




Thursday, May 22, 2014

Kecewa dan Dewasa

Kita semua sering kecewa, mengecewakan dan dikecewakan. Semua hal memang tak selalu berjalan sesuai rencana.

Air mata itu mengalir juga untuk pertama kalinya. Semoga tak ada kedua, ketiga dan kesekian kalinya. Inilah rasanya menjadi dewasa, mengendalikan rasa kecewa yang menempa. Mementingkan urusan pendidikan dan pekerjaan di atas urusan cinta.

Sejak bertahun-tahun lalu pun aku sudah berlatih, menghadapi ketidakjadian atas rencana berdua yang tersusun rapih, mengendalikan batin yang terasa perih merintih, namun hakikat wanita tak bisa begitu saja teralih.

Sekuat-kuatnya wanita pasti akan kecewa atas gagalnya mimpi dan segala rencana yang telah ia susun dalam bejana pikirannya.

Menjadilah dewasa, Anggita.

Wednesday, May 21, 2014

Apatisasi

Semua pelatihan hampir sudah dijalani
Bicara di depan publik apalagi
Tapi mana bukti komitmen dan janji
Yang dulu pernah terucap sekuat hati
Bahwa akan menjadi mahasiswa yang berani
Penuh aksi dan menginspirasi
Mengapa sekarang nyalimu menciut lagi
Bicara di kelas saja malasnya setengah mati
Mengurusi kepentingan umum sudah tak mau lagi
Apakah itu hasil kerja kerasmu selama ini ?
Ingatkah masa ketika dididik setiap hari hingga larut pagi.
Berpikir kritis melawan opini sana sini.
Ayo, kau harus berani lagi disini !