Tuesday, December 1, 2015

Selamat Bertambah Usia

Tuhan Yang Maha Mengetahui Rahasia Waktu;
Kami tak pernah sanggup meraba hari esok-bahkan apa yang terjadi satu atau dua jam lagi, kami tak tahu. Waktu serupa misteri rahasia yang selalu memesona. Kami sering bertanya-tanya, apa yang akan terjadi besok ? Kami tak tahu. Kami tak pernah benar-benar tahu. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala peristiwa, semua lipatan waktu. Kalau boleh kami meminta, izinkanlah besok memercikkan cahaya yang sanggup menumbuhkan cinta di hati kami berdua. Meski itu sedikit saja dari cahayaMu, bukankah bahkan seluruh semesta saja terlalu kecil untuk menampung yang sedikit itu ?

Tuhan Yang Maha Mengatur Segala Sesuatu;
Kami tak sanggup membaca peta Mu, menduga miliaran kemungkinan dalam irama takdir Mu. Bahkan, menghafal peristiwa dari satu tanggal dalam kalender saja pun kami tak mampu. MilikMulah segala perhitungan, rahasia yang selalu memesona. Kami tahu, kami tak diberi kuasa untuk memilih dan menentukan masa depan, kecuali memutuskan apa yang ingin kami perbuat hari ini- yang seringkali kami lakukan secara sembarangan dan keliru. Maka bimbinglah, percikkanlah cahayaMu pada mata kesadaran kami yang buta. Bentangkanlah jalan rahmat dan kasih bagi langkah- langkah yang akan kami pilih. Jadikanlah kami hamba yang bersyukur dan bersabar dalam menghadapi segala kemungkinan takdir Mu. 

Tuhan Yang Maha Menyatukan Segala Yang Terserak;
Hiasi hidup kami dengan keindahan dan kebaikan seperti Engkau menghiasi keluhuran kitab suci, kilaukan sikap dan perangai kami dengan teladan orang-orang saleh dan suci. Sebab kami tahu, hanya dengan semua itu jalan yang kami tempuh ini akan membentangkan dan melahirkan segala hal yang baik, segala hal yang indah, segala hal yang selalu layak untuk terus-menerus dicintai-siapa saja.

Barokallahu fii umrik;
Terima kasih Ibu Nurul Kamariah, telah melahirkan, mendidik dan menjaga anak lelaki yang mengagumkan ini. 
Tetap tenang. Tetap waspada. Perjalanan masih panjang.......

Bintaro, 1 Desember 2015
angfeb for ihn

(Disadur dari buku Rumah Tangga karya Fahd Pahdepie, dengan beberapa perubahan)

Wednesday, November 25, 2015

Collect Moments, Not Things

Ketika ingatan mulai pudar, foto mengingatkan.
Foto, keajaiban penciptaan yang membekukan momen menjadi kenangan. 

Dear little Aidan, dont you wanna see these photos someday ?

Thursday, October 1, 2015

Seketika Kembali Terisi

Sempat menjauh dari peradaban blog sekian lama karena blog ini mulai dikenal orang. Pindah curhat ke laman tetangga "botol minum", yang nama akunnya sangat saya rahasiakan biar bebas curhat tanpa judgement dari orang lain yang mengenal saya di dunia nyata. Sekarang pengen balik lagi kesini. :D

Pertama, semakin dewasa, semakin berkurang tingkat aktualisasi diri di media sosial. Rasanya pengen hidup tenang, tanpa judgement dari orang tak dikenal. Pun malu kalau ada yang menikmati melihat foto saya selain mahram saya. Kita gak gak tahu dia berfantasi apa dengan melihat foto tersebut. Beberapa akun media sosial saya juga sudah "disterilkan", cuma ada akunnya saja buat sarana kalau orang lain mau nge-tag, tapi postingan-postingan sudah banyak yang saya hapus. Sebagai pelampiasan karena nggak mau kebanyakan curhat lagi di media sosial, saya masih tetap sering nulis di notepad laptop atau notes di HP. Karena tulisan adalah salah satu cara mengabadikan pemikiran. Saya juga ingin merekam kejadian, memantau proses-proses kemajuan pikiran dan perasaan saya sendiri melalui tulisan yang saya buat. Someday, bakal terasa lucu kalau tulisan-tulisan itu dibaca lagi. Yaudah sih ya~ semua adalah proses pendewasaan, nikmati aja setiap hal di dalamnya ya~

Kedua, saya merasa diri saya sudah jauh lebih baik daripada tahun lalu. Bukan bermaksud ujub (bangga terhadap diri sendiri). Tapi mulai tahun ini rasanya mental saya jauh lebih dewasa tidak hanya dalam urusan kuliah atau pekerjaan organisasi saja, tapi juga lebih dewasa dalam mengelola urusan hati. Lebih tenang, nggak gampang panik, nggak gampang baper (bawa perasaan). Lebih sering pasrah sama Allah, menyerahkan semua keputusan di tangan Allah, nggak egois dan ambisius lagi. Saya yakin, Allah pasti tahu yang terbaik buat saya. Allah pasti punya alasan yang amat baik dibalik ujian yang Dia berikan untuk saya. Nggak mau ngatur-ngatur Allah. Kalaupun kali ini diberi ujian lagi yang seberat sebelum-sebelumnya, insyaAllah saya terima. InsyaAllah saya sudah persiapkan diri untuk hal terburuk, walaupun saya tidak ingin hal itu benar-benar terjadi lagi.

Ketiga, belajar menghargai badan sendiri. Dulu waktu kuliah di teknik, hampir setiap hari berangkat pukul 07.00 pagi, pulang pukul 02.00 dini hari. Seharian beraktivitas di kampus. Pikiran, mental dan badan terbiasa diforsir, tidak diimbangi dengan pola makan yang teratur, akhirnya jadi sering sakit. Lalu semenjak pindah ke kampus pemerintahan, jam kuliah jadi santai. Tapi pressure lebih besar, target IP dari sekretariat cukup tinggi, peluang Drop Out setiap semester selalu jadi momok yang menakutkan. Walaupun begitu, masih bisa tidur siang, bisa bebas ikut beberapa kepanitiaan sekaligus. Nah kesannya jadi cari-cari kesibukan. Tapi hukum kelembaman selalu berlaku, sekali sibuk bakal keterusan sibuk. Alhamdulillah Allah baik dengan memberi saya sinyal peringatan. Tahun 2015 baru berjalan 5 hari, saya jatuh dari motor dan mengalami dislokasi dan retak pergelangan tangan kanan. Disitu saya jadi menghargai badan sendiri. Hampir dua bulan jadi kidal, bahkan menguncir rambut pun harus mencari tetangga kamar sebelah untuk menguncirkan."Temporary Dissability / Disabilitas Sementara", begitu sebutan yang saya ciptakan, karena berasa nggak punya tangan kanan. Jadi mahasiswa kupu-kupu, kuliah-pulang-kuliah-pulang. Vakum segala macam kegiatan. 

Jadi, stay in comfort zone ?

Tidak.
Saya masih punya impian-impian yang harus dicapai.
Saya masih punya banyak masalah yang harus dihadapi.
Saya masih punya banyak orang yang harus saya bahagiakan.
Saya masih harus kerja keras untuk terus memperbaiki diri, demi nama baik diri sendiri, nama baik orang tua dan keluarga, dan nama baik calon hubby saya nanti.
Saya masih harus menerjang banyak badai, berlari mengejar mimpi, berdarah-darah mengemban amanah.
Saya masih harus sering menyibukkan diri, mencari seminar dan pelatihan sana sini, ikut kepanitiaan ini itu, les bahasa-bahasa asing, belajar agama, banyak mencoba resep masakan, disiplin waktu dalam mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, dibalik tugas utama saya yaitu : BELAJAR, demi menyelamatkan diri dari target kuliah yang semakin mencekik.
Saya nggak mau jadi anak yang mempermalukan orang tua sendiri, nggak mau dikatain "Orang tuanya selama ini ngajarin apa, punya anak gadis dewasa tapi nggak bisa apa-apa."

Berusaha semaksimal mungkin, tapi keputusan tetap ada di tangan Allah.
Jangan menaruh ekspektasi terlalu besar. Biar Allah yang menentukan, kita cuma perlu berusaha dan sabar.
Segala macam ujian pasti akan ada hikmahnya kok. Pasti diganti dengan kenikmatan yang lebih baik. Aamiin.